Kalbe Luncurkan Terobosan Baru Perawatan Luka yang Sulit Sembuh

(Ki-Ka) Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr Selvinna, M. Biomed, Sekretaris KSM Bedah RSCM dan Koadminko Departemen Bedah FKUI, Dr dr Dedy Pratama, SpB, Subsp.BVE(K), dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof Dr dr David Sontani Perdanakusuma, SpBP-RE(K)


JAKARTA (IndonesiaTerkini.com)- PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan terobosan baru perawatan luka kronik. Ini merupakan luka yang gagal sembuh melalui proses penyembuhan luka normal dalam jangka waktu tiga bulan atau lebih.

“Kalbe sangat peduli terhadap penanganan penyakit diabetes di Indonesia melalui Kalbe Diabetes Total Solution. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, stroke termasuk juga luka yang sulit sembuh,” ujar Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr Selvinna, M. Biomed.

Dr Selvinna menjelaskan, luka kronik dibagi menjadi empat, yaitu luka diabetes (Diabetic Foot Ulcer), luka tekan (Pressure Injury), ulkus vena (Venous Leg Ulcer), dan ulukus arteri (Arterial Ulcer). Dari keempat itu, luka diabetes dapat berakibat komplikasi. “Karena itu sangat diperlukan terobosan untuk perawatan luka yang sulit sembuh akibat diabetes,” tegas dr Selvinna.

Selvinna melanjutkan bahwa edukasi mengenai penanganan luka yang sulit akibat diabetes perlu dipahami oleh masyarakat. Hal ini agar mereka terhindar dari dampak luka tersebut, salah satunya risiko amputasi. “Kalbe terus berupaya untuk menyediakan solusi kesehatan bagi masyarakat, sesuai dengan komitmen berkelanjutan perusahaan, yaitu Bersama Sehatkan Bangsa,” lanjut Selvinna.

Berdasarkan penelitian Etiology, Epidemiology, and Disparities in the Burden of Diabetic Foot Ulcers di National Library of Medicine, luka diabetes dapat berakibat komplikasi. Bahkan sekitar 20% orang yang mengidap luka diabetes memerlukan amputasi kaki, baik minor (di bawah pergelangan kaki), maupun mayor (di atas pergelangan kaki), atau keduanya.

Fakta lainnya, diperkirakan 10% akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah diagnosis luka diabetes yang pertama. Infeksi luka diabetes terjadi pada sekitar 60% dari pasien luka diabetes. Di antara orang-orang yang mengalami infeksi luka diabetes, sebagian besar memerlukan tindakan bedah untuk membersihkan luka, dan sebanyak 15—20% memerlukan tindakan amputasi.

“Problem yang mungkin dihadapi pada luka yang sulit sembuh adalah adanya jaringan nekrotik atau jaringan mati, bakteri atau infeksi, eksudat (nanah) yang berlebih. Selama problem masih ada penyembuhan tidak akan berjalan atau berhenti. Dampaknya akan membuat perawatan menjadi lama, biaya perawatan dan pengobatan meningkat, dan fungsi sosialnya akan terganggu (produktivitas, pergaulan, pekerjaan, dan lain-lain),” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(K).

Sekretaris KSM Bedah RSCM dan Koadminko Departemen Bedah FKUI, Dr. dr. Dedy Pratama, Sp.B, Subsp.BVE(K) menambahkan, luka kronik akibat diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berdampak signifikan bagi pasien dan keluarga. Bagi pasien, luka yang tidak dapat disembuhkan menyebabkan gangguan mobilitas pada pasien dan berdampak signifikan bagi kualitas hidup pasien. Tidak bisa dihindari, masalah psikologis dapat berdampak pada pasien, yakni mengalami depresi, kecemasan, atau stres akibat kondisi kesehatan yang berkepanjangan.

“Bagi keluarga, tentunya sedikit banyak keluarga harus menyediakan perawatan tambahan, termasuk penggantian perban dan perawatan luka, yang dapat menguras waktu, tenaga dan biaya, sehingga bisa mengakibatkan beban perawatan, pengobatan, perubahan dinamika keluarga dan stres emosional tersendiri bagi keluarga. Luka kronik diabetes juga berdampak bagi masyarakat dan sistem kesehatan secara keseluruhan. Peningkatan beban kesehatan terutama dari aspek beban ekonomi, peningkatan angka amputasi yang mengakibatkan produktivitas masyarakat yang terkena berkurang tentunya dapat membebani sistem kesehatan, dengan meningkatnya kebutuhan perawatan medis dan rumah sakit,” jelas Dr. Dedy.

Perawatan Luka

Berbagai dampak tersebut dapat dihindari dengan penanganan yang tepat terhadap luka diabetes. Prof. David menekankan, percepatan penyembuhan luka dapat dilakukan dengan modalitas terkini dari hasil penelitian, yakni menggunakan secretome dan stem cell.

Dr. Dedy menambahkan, penggunaan metode modern wound dressing (balutan luka modern) dan Negative Pressure Wound Therapy atau NPWT (perawatan luka tekanan negatif) juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah luka semakin memburuk.

“NPWT memiliki kelebihan dibandingkan perawatan luka konvensional lain. Di antaranya, membersihkan luka secara kontinu setelah tindakan bedah, dapat menarik eksudat (nanah) secara terus-menerus, mempercepat stimulasi jaringan granulasi (jaringan sehat), mengurangi nyeri bengkak pada kaki diabetes yang disebabkan oleh penggantian perban dengan interval yang pendek seperti pada perawatan luka konvensional. Hal ini tentunya dapat mengurangi length of stay pasien di rumah sakit, mengurangi angka nosokomial bagi pasien akibat seringnya penggantian luka, dan mempercepat kesembuhan luka bagi pasien,” tutup Dr. Dedy. (ym)

Labels: Kesehatan

Thanks for reading Kalbe Luncurkan Terobosan Baru Perawatan Luka yang Sulit Sembuh. Please share...!

Back To Top